Masa Penjajahan

Universitas Cenderawasih merupakan perguruan tinggi negeri tertua di tanah Papua, tidak terlepas dari perjalanan panjang sejarah pendidikan di Papua. Sejak awal peran gereja baik Protestan pada tahun 1856 dan Katholik tahun 1921 telah memberikan kontribusi yang signikan terhadap penyelenggaraan awal pengembangan pendidikan di Papua antara lain telah berdirinya Sekolah Desa (Dorpschool), Sekolah Sambung (Vervolgscool), Sekolah Teknik Rendah (Lagere Techische School), Sekolah Kerumahtangga (Huis shoudscool), Sekolah Guru (Kweekschool), dan Sekolah Tingkat Menengah yaitu HBS (Hobere Burger School) terdapat di Hollandia (Jayapura).
Dengan pendidikan yang terbatas ini tidak mematahkan semangat Pemerintah Indonesia untuk membuka salah satu pendidikan tinggi di tanah Papua, sehingga pada tanggal, 10 November 1962, di kota baru (Jayapura sekarang) berdasarkan Keputusan Presiden RI No.389, tanggal 31 Desember 1962 dan Keputusan bersama WAMPA / Kordinator Urusan Irian Barat (sekarang Papua), dan Menteri PTIP. No.140 / PTIP/ 1962 tanggal 10 November 1962. Saat itu Irian Barat secara Administrasi masih dibawah Pemerintahan United Nations For Temporary Authority (UNTEA). UNTEA dibentuk oleh dan dibawah yuridiksi Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), yang secara administrasi Papua atau Irian Barat pada masa itu belum secara resmi kembali ke Negara Republik Indonesia dan pada tanggal 1 Mei 1963 Papua atau Irian Barat secara resmi diserahkan ke Negara Indonesia. Dengan demikian Uncen merupakan satu-satunya lembaga Pemerintahan RI yang pertama berdiri di Irian Barat (Papua), di samping perwakilan RI.

Masa Persiapan

Berbeda dengan proses pendirian Universitas lain di Indonesia pada masa itu, pada masa Irian Barat belum dikembalikan ke Indonesia, Universitas Cenderawasih didirikan atas “Amanat Paduka yang Mulia Presiden / Panglima tertinggi yang menginstruksikan melalui Wampa Urusan Man Barat dan Wampa Urusan Kesejahteraan Rakyat supaya secepatnya didirikan suatu pendidikan tertinggi di Irian Barat. Pada tanggal 1 Oktober 1962 dibentuk panitia persiapan Pendiri Universitas Negeri di Jayapura (Hollandia) (Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan: P.T.I.P. No. 131, Tahun 1962 tanggal 9 Oktober 1962). Panitia Persiapan itu bertugas mengadakan persiapan pendirian suatu Universitas Negeri di Jayapura dan wajib melaporkan segala sesuatu tentang penyelenggaraan tugas dan hasilnya Kepada Biro Pengajaran dan Pendidikan Departemen P.T.I.P. Boestaman S.H. selambat-lambatnya tanggal 31 Oktober 1962. Adapun panitia persiapan itu adalah Major Djenderal pensiun Prof. Dr. R. Moestopo sebagai Ketua merangkap anggota, Prof. Soegarda Poerbakawatja dan Ismail Suny, S.H., M.C.L sebagai anggota.
Panitia Persiapan mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 6 Oktober 1962, 10 Oktober 1962 di kediaman Prof. Dr. R. Moestopo dan tanggal 13 Oktober 1962 juga di kediaman Prof. Dr. R. Moestopo. Panitia mengadakan kerjasama dengan Kepada Biro Pengajaran dan Pendidikan Departemen P.T.I.P. Boestaman S.H. pada tanggal 11 Oktober 1962, Panitia juga melakukan pertemuan dengan WAMPA Pembangunan Man Barat/Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio pada tanggal 13 Oktober 1962 di kediaman WAMPA dan tanggal 14 Oktober 1962 mengadakan pertemuan dengan Sudjarwo Tjondronegoro S.H. yang menjabat Perwakilan R.I. semasa UNTEA di Irian Barat. Pertemuan selanjutnya dengan Dewan-dewan Gereja di Indonesia dan Wali Gereja Indonesia , tanggal 12 Oktober 1962. Pertemuan ini untuk mendapat dukungan dari golongan Protestan dan Katholik di Irian Barat.
Untuk memperkuat terbentuknya Universitas Cenderawasih, makan dibentuk panitia yang mengurus dan menjabat dalam struktur perkembangan baik di tingkat universitas dan fakultas adalah sebagai berikut :
Presiden
: Prof. Dr. R. Moestopo
Kuasa Presiden I
: Prof. Soegarda Poerbakawatja
Kuasa Presiden II
: Ismail Suny, S.H.,M.C.L.
Acting Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan
: Prof. Dr. R. Moestopo
Acting Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
: Prof. Soegarda Poerbakawatja
Acting Dekan Fakultas Hukum, Ketatanegaraan dan
Ketataniagaan
: Ismail Suny, S.H.,M.C.L.
Penunjukan para pemimpin ini akan bertugas selama 7-10 hari dalam sebulan dan telah terdaftar 23 orang yang bersedia menjadi dosen FKIP, 6 orang dosen Fakultas Hukum. Penerimaan mahasiswa tingkat pertama berasal dari siswa-siswa H.B.S atau yang sederajat. Selain itu berdasarkan UU perguruan tinggi akan dibuka kesempatan untuk penerimaan mahasiswa dan pegawai berdasarkan colleqium doctum dimana ujian diadakan setelah 4 bulan kuliah dimulai, dan gedung kuliah yang digunakan adalah gedung milik Zending atau Missi. Sehubungan dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan perumahan maka panitia memutuskan untuk mengirim dosen yang berstatus bujang, dengan segala pembiayaan ditanggung oleh Perwakilan RI di Jayapura.
Untuk memperkuat berdirinya Perguruan Tinggi di Irian Barat maka dibentuk panitia Pendidikan Tinggi Irian Barat (PPTIB) yang diketua oleh E.J. Bonay dengan anggotanya yaitu M. Indey; N.M. C. Tanggahma dan Frist M. Kirihio. Bonay dalam surat kepada pemimpin UNTEA di Jayapura pada tanggal 23 Oktober 1962 menyatakan bahwa sudah saatnya dibuka perguruan tinggi di Papua. Pada tanggal 29 Oktober 1962, sekertaris PPTIB Frist M Kirihio mendesak UNTEA untuk menyediakan fasilitas yang mendukung pendirian Uncen. Pada tahap kedua tanggal 27 Oktober 1962 pemimpin UNTEA Mr. Rotz Bennet seorang Guru Besar mengadakan pertemuan yang dihadiri oelh Sudjarwo Tjondronegoro, SH; Prof. R. Soegarda Poerbakawatja dan Ismail Suny, SH.,M.C.L.
Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1962 bertempat di kediaman Kol. Solichin dilakukan pertemuan dengan Panitia Pendidikan Tinggi yang pembentukan disponsori oleh Perwakilan RI, dengan dihadiri oleh Frits Kirihio, Prof R. Soegarda Poerbakawatja, Ismail Suny, SH,M.C.L., Makkateru Sjamsuddin dan P.J. Karamoy.
Pada 29 Oktober 1962 dilakukan pertemuan dengan Mr Robert Davee, Director of cultural affair UNTEA. Pertemuan itu ternyata tidak mencapai kesepakatan. Hal ini karena pihak UNTEA menyadari kehadiran di Papua sedang menjalankan tugas sehingga tidak dapat dikaitkan dengan masalah penyerahan pemerintah kepada RI, menurut pihak Pemerintah Indonesia pendirian Uncen ini didasarkan pada keinginan rakyat Man Barat berhubungan dengan status Man Barat yang akan merupakan bahagian dari RI. Pemerintah Indonesia bertanggungjawab memajukan pendidikan diseluruh daerah di Indonesia terbukti dengan didirikan 14 Universitas di Indonesia. Pertemuan selanjutnya diadakan pada tanggal 5 November 1962 jam 10.00 dengan dihadiri dari pihak UNTEA yaitu Mr. Robert Davee (Perantjis), Mr. Lijsen (Belanda) dan Mr. Itterson (Belanda, direktur pendidikan). Dari pihak pemerintah RI yaitu Prof. R Soegarda Poerbakawatja, Ismael Sunny, S.H.,M.C.L. dari F.F.C., dan Soemarno dari perwakilan RI. Tanggal 5 November 1962 bertempat di Departemen of Cultural Affairs, dihasilkan sejumlah keputusan. Keputusan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan dan kondisi pendidikan di Hollandia.
Tahap ketiga, menindaklanjuti pertemuan-pertemuan di Hollandia maka pada tanggal 7 November 1962 diadakan pertemuan di jalan Pegangsaan Timur 17 A Jakarta. Hasil Pertemuan ini dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan yang disampaikan ke Jakarta oleh wakil FFC (Ismail Sunny, SH, M.C.L) dengan memohon kepada Menteri untuk mengeluarkan surat keputusan pembukaan Universitas Cenderawasih.
Pertemuan selanjutnya dengan Menteri P.T.I.P pada tanggal 8 November 1962 di Pegangsaan Timur 17 A Jakar ta. Pembicaraan menyangkut pendirian Uncen yang terhitung mulai 10 November 1962 di Jayapura, dengan tenaga sebagai berikut Prof. Soegarda Poerbakawatja sebagai Acting Dekan FKIP; Ismail Suny, SH.,MCL sebagai Acting Dekan FHKK; Makkateru Syamsudin , sebagai petugas Tata Usaha Universitas Cenderawasih dan Prof. Soegarda Poerbakawatja sebagai koordinator Fakultas – fakultas dalam lingkungan Universitas Cenderawasih.
Pada tanggal 9 November 1962, tiga kali diadakan pertemuan yaitu dengan Menteri PTIP bertempat di rumah Menteri Jl. Imam Bonjol 24 Jakarta, kedua bertempat di Press House, Jl Thamrin Jakarta dan ketiga pertemuan dengan Gabungan K.O.T.I di Medan Merdeka Barat Jakarta. Ketiga pertemuan ini membahas ketiga pertemuan dengan Gabungan K.O.T.I di Medan Merdeka Barat Jakarta. Ketiga pertemuan ini membahas pemberangkatan tenaga dosen dan tenaga tata usaha.

Masa Pendirian

Pada tanggal 10 November 1962, diadakan pertemuan dengan Dr. Subandrio di rumah Jln. Wampa Jakarta untuk menerima laporan FFC dan sekaligus menyetujui pembukaan Universitas Cenderawasih. Pada kesempatan itu, Wampa menandatangani Keputusan bersama Wakil Menteri Pertama Koordinator Urusan Man Barat/Menteri P.T.L.P. No. 140/P.T.I.P. tahun 1962 tentang Pendirian Universitas Negeri Cenderawasih yang disaksikan oleh Pemerintah RI di Jayapura.
Jam 20.00 dengan tanggal yang sama di Hollandia (sekarang Jayapura) dengan resmi Universitas Cenderawasih dibuka oleh Wakil Kepala Perwakilan RI yaitu Max Maramis, di lorong dekat kamar kecil dalam gedung OSIBA (Opleiding Schoolvoor lheemsche Bestuursambtenaren, Sekolah Pangreh Praja) Abepura di bekas gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam upacara ini dihadiri oleh para mahasiswa, para pembesar Pemerintah Peralihan UNTEA, anggota Dewan Irian Barat (sekarang Papua), Pejabat Perwakilan RI semasa UNTEA, Perwakilan Belanda, Tokoh agama Protestan dan katholik, para tokoh masyarakat Irian Barat. Pada saat itu diberikan kuliah umum dengan judul “Dasar dan Tudjuan Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka” oleh Prof. Soegarda Poerbakawatja, Guru Besar Ilmu Mendidik. Nama Universitas Cenderawasih ditentukan oleh Presiden Soekarno atas saran Prof. Mr. Muhammad Yamin.
Pada waktu didirikan Uncen terdiri dari 2 (dua) Fakultas yakni Fakultas Hukum Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FHKK), dengan Jurusan Hukum ketatanegaa ran dan jurusan ketataniagaan. Sedangkan fakultas yang kedua adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), memiliki jurusan : Bahasa dan sastra Indonesia, bahasa dan sastra Inggris, Sejarah, Geogra, dan Ilmu Pendidikan. Kemudian pada tanggal, 1 Mei 1963 berdasarkan Keputusan Menteri PTIP No.82 tanggal, 20 Juli 1963 dibuka lembaga yang setingkat fakultas yaitu Lembaga Antropologi (LA), terdiri dari 2 (dua) bagian Penelitian, perpustakaan, pendidikan dan Tatausaha. Selanjutnya tanggal 5 Oktober 1964, dibuka Fakultas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (FPPK) di Manokwari. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pendidikan maka pada tahun 2001, Uncen secara resmi melepaskan Faperta Manokwari dan kini menjadi Universitas Negeri Papua.
Pada tahun 1968, FKIP yang pernah menjadi cabang IKIP Jakarta berubah menjadi 2 (dua) fakultas, yaitu: Fakultas Keguruan yang memiliki 5 jurusan yakni: (1) Bahasa dan Sastra Indonesia, (2) Bahasa dan Sastra Inggris, (3) Sejarah, (4) Geogra, (5) Ilmu Pengetahuan alam MIPA; dan Fakultas Ilmu pendidikan yang memiliki 2 (dua) Jurusan yaitu: (1) Didaktik Kurikulum dan (2) Bimbingan Penyuluhan serta Jurusan Pendidikan Sosial.
Sesuai dengan kebutuhan saat itu maka pada tahun 1965, Fakultas Hukum Ketatanegaraan dan Ketataniagaan membuka jurusan di Sorong dan pada tahun 1967, dibuka jurusan Ilmu Administrasi di Biak. Namun tahun 1970, kedua jurusan ini diintegrasikan kembali ke FHKK di Jayapura. Kemudian pada Tahun 1978, berdasarkan Keputusan Rektor Uncen No.P-14/A/1978, tanggal 20 Maret 1978, FHKK diubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Hukum Ekonomi dan Sosial (FIHES). Sesuai dengan pengkategorian fakultas saat itu, maka Uncen tergolong fakultas muda, sehingga penyelenggaraan pendidikan dititikberatkan pada prgram Sarjana Muda. Pada tahun 1976 beberapa jurusan telah menyelenggarakan program Sarjana (5 tahun) dan tahun 1980 , secara serentak dimulai program Sarjana pada semua jurusan.
Di usia yang ke 25, Uncen masih memiliki 4 fakultas dengan 14 Jurusan. Seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi serta kebutuhan akan pendidikan, kini diusia yang ke 53, Uncen telah memiliki 9 Fakultas dengan 51 Program Studi serta Program Pascasarjana dengan 21 Program Studi dan berlokasi pada dua kampus, kampus Abepura dan Kampus Waena.
Seiring berjalannya waktu beberapa Program studi yang berada di Program Pascasarjana di alihkan ke fakultas masing-masing berdasarkan rumpun ilmu, hingga saat ini Program Pascasarjana memiliki 10 Program Studi yang terdiri dari 1 Program Doktor (S3) dan 9 Program Magister (S2).
Alumni (lulusan) Program Pascasarjana Uncen kini telah mencapai 1.829  orang sejak tahun 2013-2023  tersebar di seluruh Indonesia. Terlebih khusus saat ini Papua banyak dipimpin oleh lulusan Uncen.

Sumber : https://www.uncen.ac.id/sejarah-berdiri/